Saya ingat jelas — sore hujan di Jakarta Selatan, November 2021. Sedang menunggu teman di sebuah kafe kecil dekat stasiun, tubuh saya terasa tebal oleh rasa tidak nyaman. Pakaian yang saya pilih hari itu adalah kemeja yang pas badan, celana yang rapi, tapi setiap kali ada orang lewat, saya merasa seperti sedang dipertontonkan. Itu bukan soal ukuran baju semata; itu soal bagaimana pakaian mempengaruhi cara saya berdiri, bicara, dan berinteraksi. Ada dialog internal: “Apakah aku terlihat cukup menarik? Apakah aku terlalu kaku?”
Konflik itu sederhana namun persistennya membuat saya lelah. Saya ingin merasa lebih santai, tapi tidak ingin terlihat acak-acakan. Saya pernah mencoba berbagai trik: layer tipis, blazer oversized (yang ternyata lebih formal), bahkan hoodie powder-blue yang saya kira nyaman, tapi tetap ada sesuatu yang mengganjal. Sampai akhirnya, saya menemukan jaket oversized yang mengubah perspektif saya tentang pakaian dan rasa percaya diri.
Jaket itu bukan barang mahal. Saya membelinya lewat sebuah brand kecil setelah melihatnya dipasang di halaman Instagram — lalu saya sengaja membuka zflairr saat mencari referensi styling. Jaketnya berwarna olive, bahan katun tebal dengan kancing besar dan kantong yang terasa realistis saat saya memasukkan tangan. Pertama kali memakainya: sensasi membungkus. Rasanya seperti mendapat izin untuk bergerak bebas tanpa harus memikirkan setiap lipatan baju.
Ada satu momen lucu: saya berjalan menyeberang jalan, merapatkan jaket karena angin, lalu tertawa sendiri ketika ternyata orang-orang di sekitar tidak lebih memperhatikan saya dibanding biasanya. Justru saya merasa lebih ringan. Itu titik kecil di mana saya sadar bahwa kepercayaan diri tidak selalu berkaitan dengan menonjolkan bentuk tubuh, tapi dengan bagaimana kita merasa aman di dalam pakaian kita.
Seiring waktu saya mulai bereksperimen. Oversized tidak berarti acak-acakan. Saya belajar beberapa aturan sederhana: pertama, jaga proporsi—jika atasnya oversized, bawahnya lebih fitted (jeans lurus atau celana tailored). Kedua, mainkan tekstur; layer fleece tipis atau knit di bawah jaket membuat siluet tetap terstruktur. Ketiga, aksesori—topi beanie kecil atau sepatu boots bisa memberi titik fokus tanpa menghilangkan efek pelindung jaket.
Lebih dari teknik styling, ada perubahan psikologis. Jaket oversized memberi ruang literal dan figuratif. Saat saya memasukkan tangan ke kantong, ada jeda kecil sebelum saya bicara; itu memberi waktu mengumpulkan kata. Saat saya duduk, jaket menutupi bahu dan membuat saya merasa terlindungi, sehingga saya tidak menarik napas cepat atau merenggangkan bahu karena cemas. Dalam beberapa presentasi kerja yang saya lakukan setelahnya, rekan kerja bahkan menyinggung bahwa saya terlihat lebih “tenang”. Itu bukan sekadar komentar estetis—itu efek nyata pada bahasa tubuh saya.
Sekarang, ketika saya memilih pakaian untuk hari-hari penting — meeting, wawancara, atau hangout tak formal — jaket oversized sering ada di daftar. Bukan karena saya selalu ingin tampil kasual, tetapi karena jaket itu memberi struktur emosional. Saya lebih jarang menyesuaikan posisi duduk, lebih jarang menutup diri, dan lebih berani memulai percakapan. Kepercayaan diri itu bukan ledakan dramatis; ia bertambah perlahan, lewat kebiasaan kecil yang saya ulang.
Ada beberapa insight yang bisa saya bagi sebagai seseorang yang sudah bereksperimen dengan banyak outfit: pertama, kenali fungsi pakaian untukmu—apakah kamu perlu kenyamanan, perlindungan, atau aksen. Kedua, belajarlah merakit proporsi; oversized yang dipadukan dengan potongan yang tepat akan terlihat intentional, bukan kebetulan. Ketiga, jangan takut membeli satu potong yang terasa ‘aman’ dulu; pada pengalaman saya, sebuah jaket yang dipakai berulang bisa lebih berpengaruh daripada koleksi yang tak terpakai.
Kesimpulannya: jaket oversized membuat saya lebih percaya diri bukan karena ia menutupi sesuatu, tetapi karena ia memberi ruang untuk menjadi diri sendiri—tenang, terlindungi, dan siap berinteraksi tanpa sensasi diperiksa. Itu pelajaran stylistik sekaligus psikologis. Jika kamu merasa ingin mencoba, mulailah dengan warna netral, perhatikan proporsi, dan lihat bagaimana perubahan kecil ini mempengaruhi bahasa tubuhmu. Percayalah, kadang pakaian terbaik bukan yang paling mencolok, tapi yang paling membuatmu bisa bernapas lega.
Mengobrol Dengan Chatbot: Pengalaman Unik dan Konyol di Dunia Digital Dalam era digital ini, interaksi…
Awal yang Menggoda: Lemari Penuh dengan Pakaian Tahukah kamu bagaimana rasanya membuka lemari dan terpesona…
ในยุคที่เกมหมุนวงล้อดิจิทัลมีให้เลือกเป็นร้อยเป็นพันเกม แค่เปิดหน้าแพลตฟอร์มขึ้นมาก็อาจรู้สึกมึนได้ทันทีว่าจะเริ่มจากตรงไหนก่อนดี แต่แทนที่จะต้องรีบตัดสินใจใช้เงินจริงตั้งแต่นาทีแรก หลายแพลตฟอร์มเริ่มให้ความสำคัญกับ “โหมดทดลองเล่น” ที่เปิดพื้นที่ให้ผู้เล่นได้ลองจับจังหวะเกม ทำความเข้าใจระบบ และดูว่าเข้ากับสไตล์ตัวเองแค่ไหน โดยยังไม่ต้องเอาเรื่องเงินมาปนกับการตัดสินใจ ในบรรดาคำที่คนค้นหากันบ่อยเกี่ยวกับเกมแนวนี้ หนึ่งในนั้นคือคำว่า สล็อตทดลองเล่นฟรี ซึ่งสะท้อนให้เห็นชัดเจนว่าผู้เล่นไม่ได้อยากแค่ลองเสี่ยงโชคอย่างเดียว แต่ต้องการ “ลองรู้จักเกม”…
Saat Sandal Jepit Jadi Tren Fashion, Apa Semua Orang Bisa Menariknya? Dalam beberapa tahun terakhir,…
Saya ingat pertama kali saya berinteraksi dengan teknologi kecerdasan buatan (AI). Itu tahun 2016, ketika…
Sederhana Tapi Berarti: Cara Menyulap Hari-Hari Sehari-Hari Jadi Lebih Ceria Suatu sore di bulan September…